Tapi persaingan meluas jauh karena banyak bakat yang ikut memenuhi gelombang udara. Kebisingan dari tahun 90-an bergema hingga ke seluruh semangat Inggris, mulai dari gaya, politik, dan sneakers.
Baca Juga: Yang Sebenarnya Terjadi dengan Blur vs Oasis
Di utara, Noel dan Liam Gallagher dipuji sebagai ikon kelas pekerja, penggemar sepakbola yang hobi minum bir, perilaku loutish, dan darah Manchester. Mengusung elemen hooliganisme, dua bersaudara itu memakai sneaker seperti adidas Samba dan Gazelle, tampilan yang didorong oleh gaya penggemar sepakbola selama tahun 70-an dan 80-an.
Sementara Oasis terinspirasi dari kelas pekerja, Damon Albarn dan Blur mengambil alas kaki perpaduan mod dan nostalgia skinhead. Mereka menggambar garis yang lebih keras dan lebih linier.
Jaket Harrington dan Dr. Martens merah ceri dipakai untuk melambangkan konsepsi Blur tentang Parklife, dan setelah itu penampilan mereka tersebar di seluruh Inggris.
Sepatu bot utilitarian itu mendarat di Inggris selama tahun 1960-an, kerap dipakai oleh para skinhead, mewujudkan sikap punk, lalu menawarkan isyarat estetika untuk faksionalisme Britpop 90-an.
Meski keduanya terlibat pertempuran Britpop, tapi invasi mereka sama-sama menolak gaya grunge yang ada di Seattle seberang sana.
"Jika punk adalah tentang menyingkirkan hippie, maka saya menyingkirkan grunge," kata Damon Albarn.
Tapi bukan hanya Oasis dan Blur, The Verve juga menyerbu tangga lagu dengan Urban Hymns pada tahun 1997. Dipimpin oleh vokalis kurus mereka Richard Ashcroft, The Verve dibangun di atas warisan para godfather.
Dalam hal alas kaki, kecintaan Ashcroft pada Clarks Wallabee memastikan sepatu itu mencapai pendewaan budaya.
Terlepas dari apa yang dilakukan Britpop dan konsep Cool Britannia, gaya Britpop hingga kini masih memiliki efek radikal budaya sneaker.