Jamie Vardy, mungkin gak banyak yang dengar nama pemain satu ini sebelum tahun 2015. Pria asli Inggris ini jadi sosok penting dibalik musim ajaib Leicester City bersama Claudio Ranieri. Siapa yang menyangka bahwa tim promosi yang musim sebelumnya hampir degradasi lagi malah jadi juara setelah konsisten bertahan di posisi 1.
Seperti mantan rekan setimnya, N’Golo Kante, ada kisah inspiratif tentang kerja keras yang dibangun oleh Jamie Vardy dalam karir sepak bolanya.
Pada tahun 2015, dirinya merupakan seorang buruh di sebuah pabrik yang memproduksi serat karbon. Meski bekerja sebagai buruh pabrik, ternyata mimpinya sebagai pemain sepak bola gak pernah pudar. Dirinya pun bermain untuk tim lokal kasta ke-7 Liga Inggris, Stocksbridge Park Steels.
Dirinya bekerja di pabrik dan masuk ke tim tersebut karena dilepas oleh tim muda akademi Sheffield Wednesday setelah gak diberi kontrak sama sekali.
Tentu aja karir Vardy mencuri perhatian bersama tim tersebut. Dirinya adalah seorang striker yang luar biasa bersama Stocksbridge. Dari sebanyak 107 penampilannya bersama tim tersebut, Vardy berhasil mencetak 66 gol.
Lalu setelah banyak tim yang berminat, Vardy pun hijrah dan sedikit naik kasta dengan bermain bersama FC Halifax Town pada tahun 2010. Di sana dirinya mencetak 26 gol dari 37 penampilan kompetisi. Karirnya berlanjut di Fleetwood town pada musim 2011/2012 dan catatannya jauh lebih impresif lagi karena mampu mencetak 31 gol dari 36 penampilan.
Ini membuat Leicester mulai menaruh minat padanya. Akhirnya pada tahun awal musim 2012/2013, Vardy bergabung dengan tim yang nanti dibawa juara olehnya di kasta tertinggi Liga Inggris.
Sayangnya, di Leicester Jamie Vardy sempat mengalami masa-masa buruk. Performa musim pertama yang benar-benar gak memuaskan bikin Vardy berpikir ulang apakah dirinya harus melanjutkan karir di dunia sepak bola. Saat itu, belum banyak yang kenal juga pada dirinya karena datang dari kasta bawah kompetisi Inggris.
Untungnya Jamie Vardy membulatkan tekad untuk bertahan dan pada musim 2013/2014 dirinya mencetak 16 gol di divisi Championship sekaligus bawa Leicester promosi ke Premier League.
Musim pertama Leicester di Premier League pun gak mulus Bro. Soalnya pada musim 2014/2015, hampir masuk zona degradasi namun mampu menghindar dan menempati posisi 14 di akhir musim.
Musim ini juga jadi musim debut Jamie Vardy di tim nasional Inggris, sesuatu yang diidam-idamkan sejak lama.
Kejutan dan keajaiban datang di musim berikutnya. Siapa sangka, Leicester udah memimpin liga sejak kompetisi baru dimulai?
Pada lima pertandingan pertama, Leicester gak tergoyahkan di puncak klasemen. Vardy terus mencetak gol hingga akhirnya mencatatkan rekor setelah mampu menjebol gawang lawan di 10 pertandingan secara beruntun. Walaupun sempat sesekali tergeser ke posisi 2 atau 3, Leicester terus merangkak ke puncak.
Vardy pun punya selebrasi yang unik ketika mencetak gol. Dirinya dan beberapa orang yang mengikuti di belakangnya bakal berubah jadi patung, tidak merayakan gol tersebut selama beberapa saat lalu kembali ke posisi masing-masing.
Lalu pada akhir musim, akhirnya keajaiban itu tiba. Vardy bersama Leicester di bawah asuhan Claudio Ranieri ‘did the impossible’ dengan menjuarai Premier League. Sejak saat itu banyak yang ingin merekrutnya termasuk Real Madrid. Namun Vardy memilih untuk tetap bertahan bersama Leicester.
Belum lama di musim 2019/2020 ini, Vardy baru aja mencetak sebuah milestone dalam karir sepak bolanya. Pria tersebut baru aja mencetak gol ke-100 untuk Leicester di ajang Premier League. Tapi secara total, dirinya udah mencetak 120+ gol untuk The Foxes.
Sekarang, sang operator mesin pabrik malah jadi mesin gol buat Leicester dan tetap membawa tim tersebut bertahan di papan atas Premier League.
Vardy jadi contoh bahwa meskipun terganjal banyak hal, lo bisa tetap memulai sesuatu dari level terbawah untuk mencapai puncak. Maju selangkah demi selangkah sebelum akhirnya berlari mengejar kejayaan.
Apa momen Vardy bersama Leicester yang paling lo ingat, Bro?