Merdeka.com --- Sebuah restoran di Denmark menawarkan hidangan yang dimasak dari bahan-bahan makanan yang dibuang oleh supermarket. Restoran bernama Rub og Stub ini berusaha untuk mengurangi jumlah limbah makanan yang dibuang di Denmark dan mengumpulkan uang untuk amal.
"Terlalu banyak makanan yang dibuang di Denmark dan kami ingin mencari solusi untuk masalah ini," kata Sophie Sales selaku pendiri restoran Rub og Stub.
Berdasarkan laporan Businessweek, pada tahun 2012 Amerika membuang limbah makanan yang jika diuangkan setara dengan USD 180 miliar (Rp 1.970 T), meningkat 8 persen dari tahun 2008. Menurut survei USDA, limbah makanan terbesar berasal dari rumah tangga, supermarket, restoran, dan penyuplai bahan makanan.
Sejauh ini, restoran milik Sophie mendapatkan pasokan limbah makanan dari dua supermarket besar di Denmark. Salah satunya berasal dari jaringan supermarket terbesar di negara itu, yakni Coop Denmark.
Sebagaimana dilansir Odditycentral, ide mendirikan Rub og Stub berasal dari fenomena "freegans" di Denmark atau lebih dikenal sebagai "penyelam tempat sampah" (orang yang gemar mengais limbah makanan di tempat sampah). Dalam upaya untuk mengurangi limbah makanan di Denmark, beberapa orang memiliki kebiasaan mengumpulkan bahan makanan yang telah dibuang supermarket.
Sophie dan tim kemudian terpikir untuk mendirikan sebuah tempat makan yang bahan bakunya berasal dari limbah makanan supermarket. Kondisi dari bahan-bahan makanan yang dibuang itu mungkin tidak sedap dipandang mata, namun masih aman untuk dikonsumsi. Meski demikian, niat baik Sophie dkk telah dikritisi oleh beberapa orang yang menuduh mereka ingin mencari keuntungan semata.
Sophie dan Irina Bothmann, yang menjadi koki di restoran tersebut, mengatakan bahwa para staf yang terdiri dari para relawan merasa antusias dengan berdirinya restoran unik ini. Sementara itu, hasil dari penjualan makanan di Rub og Stub akan disumbangkan bagi mereka yang membutuhkan.
[img:29035_1]
Selain menerima kritikan dari berbagai pihak, terutama media, para staf Rub og Stub juga harus menghadapi keengganan para pemasok yang tampak malas menyumbangkan bahan baku makanan yang akan mereka buang. Oleh karenanya, meski restoran ini telah dibuka untuk sementara waktu, mereka belum menandatangani kontrak dengan pemasok manapun.