Apa sih tatto itu? Kata ini berasal dari kata Tahiti, "tatu", yang artinya untuk menandai. Dalam sejarah, tatto ditemukan juga di Mesir di saat yang bersamaan dengan pembuatan piramida. Sekarang, mulai dari Sex Pistols sampai Madonna, mulai dari pedalaman Kalimantan sampai New York, semua menggunakan tattoo untuk menunjukkan jati diri, sebuah bentuk pemberontakan pada budaya yang ada. Padahal tadinya gambar yang dibuat dengan tinta permanen di kulit ini sering diasosiasikan dengan gangsters, pelaut (dengan tato jangkar dan putri duyung tentunya), dan juga kriminal.
Sekarang, terimakasih pada budaya pop, tattoo yang tadinya merupakan bentuk pemberontakan pada budaya mainstream malah dibawa masuk ke ranah publik dan dijadikan salah satu aksesoris fashion belaka. Belakangan tattoo mulai populer dan jadi tren diantara para anak muda perkotaan. Banyak yang bilang bahwa dengan mentato bagian tubuh tertentu ini merupakan salah satu cara untuk
self-actualization dan juga uji nyali.
Walau prosesnya melibatkan 'tusukan-tusukan' menyakitkan dari jarum tattoo dan juga darah yang sudah pasti berceceran, para pecinta tattoo dan tentunya orang yang mau ikutan tren sepertinya nggak peduli. Di kamus mereka yang ada cuma istilah no pain, no gain. Apalagi kalau memikirkan urusan penampilan dalam artian
fashion dan
beauty.
Tapi yang perlu diingat adalah, dengan memutuskan untuk mentato itu berarti meninggalkan tanda permanen di tubuh kita. Walau sekarang sudah ada yang namanya
tattoo removal, tapi ternyata proses ini nggak bisa menghilangkan keseluruhan tattoo yang telah dibuat. Selain itu ada juga masalah kesehatan, seperti ancaman tuberculosis, HIV dan hepatitis B and C. Ini terjadi kalau lo ga hati-hati soal jarum/
tube cat yang digunakan ulang (reuse). Resiko yang lain adalah adanya kerusakan kulit karena kulit terlalu sensitif.
Sumber foto: www.vam.ac.uk