Manusia hidup di dunia bukan tanpa alasan. Sejak lahir, setiap manusia telah mengalami berbagai tantangan dan rintang, tingkat kesulitannya pun berbeda-beda. Tapi pada akhirnya itu semua terbayar oleh kebahagiaan, dan biasanya tiap orang mempunyai rasa yang sama saat mengungkapkan rasa bahagianya itu. Bersyukur adalah salah satunya. Bukan ingin membedakan urusan gender, tapi kodrat pria sebagai manusia memang memiliki beban moral yang lebih tinggi dibanding wanita. Jelas saja, karena para pria memang ditakdirkan untuk memimpin atau melindungi sesuatu, dalam lingkup terkecil saja yaitu keluarga.
Tempaan hidup yang dialami seorang pria itulah yang kemudian menjadikan sudut pandang hidup sebagai kompetisi. Kompetisi yang sehat maupun cara curang, itu semua kembali pada diri masing dan tanggung jawab pribadi masing-masing. Kendala yang dihadapi juga sangat bervariasi, di satu sisi seorang pria tidak percaya diri karena ditimpa masalah finansial yang bertubi, yang satu gelisah karena masalah keluarga yang tak kunjung ada penyelesaian. Tarik titik nol sebagai acuan Anda melangkah, lihat semua sisi baik di depan, belakang, atas, dan bawah.
Dari situlah biasanya Anda bisa menemukan satu titik terang yang berguna sebagai pondasi untuk kembali melangkah. Jika tetap bertahan dengan wajah bermuram durja, dijamin untuk mengambil keputusan sederhana saja tidak akan mampu. Inilah mengapa Anda harus memegang beberapa prinsip yang dapat memacu diri dan tidak terombang-ambing dalam keadaan. Andalah sang nahkoda yang bertanggung jawab penuh atas arah dan tujuan kapal sendiri.
Do it, if you can do it
Lakukan, bila Anda memang bisa melakukannya. Satu kalimat ini begitu besar dampaknya. Prinsip yang satu ini akan membakar jiwa Anda bila memahaminya secara mendalam. Lihat rencana dan keputusan besar yang sedang berhadapan dengan Anda. Bila terlihat sulit, ukur sejauh mana Anda sanggup melakukannya. Jika Anda merasa mampu, putuskan, jalankan. Misalnya Anda mendapat promosi jabatan yang sudah lama Anda incar, tapi kemudian datang cercaan dan opini sinis dari kolega-kolega yang membuat Anda merasa tidak mampu mengemban posisi itu. Sederhana saja, tutup telinga, fokus pada takaran diri sendiri. Ke depan, Anda lah yang akan berurusan dengan perusahaan, tercapai atau tidak tujuan yang telah ditetapkan kelak menjadi tanggungan Anda sendiri.
Change it, if you can change it
Ubahlah, bila Anda mampu untuk merubahnya. Prinsip kedua ini juga tak kalah dahsyat jika Anda bisa mencernanya secara baik. Anda sedang berhadapan dengan stagnasi karier atau masalah finansial yang tidak berujung? Ubahlah, kalau Anda melihat ada sesuatu yang harus diubah. Bisa jadi pangkal masalah selama ini bermula dari Anda yang tidak peka keadaan sekitar. Pekerjaan terasa hambar dan membosankan? Ubahlah! Anda bukan hewan peliharaan perusahaan yang harus duduk delapan jam lebih menatap layar komputer. Anda berhak merubahnya dengan menyempatkan diri berlibur atau sekadar bersenang-senang demi kebaikan diri sendiri. Kalau bos Anda bisa melakukannya, kenapa Anda tidak? Merasa tidak punya kuasa? Lebih baik Anda tinggal di dalam gua.
Believe it, if you still believe it
Sampailah Anda pada prinsip yang ketiga. Prinsip terakhir ini menekankan pentingnya rasa percaya pada diri Anda. Jika Anda percaya pada sesuatu, genggamlah rasa percaya itu untuk menjadi pegangan di saat kehilangan arah dan tujuan. Bahkan, mungkin ada situasi di mana posisi Anda tersudut dan mustahil untuk mempercayai siapapun. Sekali lagi, percayalah pada apa yang Anda percayai, dan itu akan terjadi. Rasa percaya yang ada pada diri Anda ada kaitannya dengan hukum tarik-menarik yang diberikan oleh alam. Jika Anda percaya sesuatu akan terjadi, yakinlah alam akan mendengar dan sesuatu itu akan terjadi. Kapan dan di mana, itu semua tergantung sejauh apa usaha dan keyakinan Anda. Bagaimana? Sudah siap untuk memenangkan kehidupan?