Merdeka.com --- Semua tahu kiprah mantan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang gemar blusukan, mulai ke kuburan, musala, pesantren, hingga ke rumah-rumah masyarakat terpencil. Bahkan, ternyata Gus Dur pada akhir-akhir hidup ketika tak lagi menjabat presiden juga hobi ke Starbucks.
Apakah anda sudah tahu kebiasaan nongkrong Gus Dur di Starbuck itu? Jika belum, simak cerita ini. Rupanya, selain menghabiskan hari di kantor Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, tempat tongkrongan lain ketika ngobrol adalah Starbucks.
Cerita ini dituturkan Wakil Bendahara DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bambang Susanto, orang dekat Gus Dur selepas dilengserkan dari kursi presiden. "Terakhir-terakhir sama saya itu punya hobi Starbuck. Biasanya di Starbucks Menteng. Itu pokoknya dikit-dikit, 'mas Starbuck yuk'," kata Bambang kepada merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Kadang, dia menjelaskan, Gus Dur itu janjian sama beberapa tokoh, salah satunya tokoh peristiwa Malari 1970-an, Hariman Siregar. Keduanya terkadang janjian bertemu di situ. Pokoknya, kata Bambang, janjian sama orang-orang yang bukan dari kalangan kiai atau pesantren, ya di Starbucks, bukan di PBNU.
"Tempatnya ya di Starbucks Menteng, dia (Gus Dur) masuk ke dalam, turun juga. Minum di sana, ngobrol. Ya kita kalau yang janji datang belum tiba, kita nemenin (Gus Dur). Tapi begitu yang janjian datang, kadang Hariman, kadang-kadang Pak Nugroho, kadang siapa, gitu kan, ya udah, kita lihat dari jauh saja."
Menurut Bambang, dalam beberapa bulan Gus Dur hampir setiap hari meminta ditemani ke Starbuck Menteng itu. Tokoh yang paling sering mengajak dan menemani Gus Dur adalah Hermawi Taslim, yang sekarang menjadi Caleg Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
"Kata Taslim, 'udah ke Starbuck dulu aja. Ke PBNU dulu ngapain?' Saya bilang ke bapak (Gus Dur), ada Pak Taslim ngajak ke Starbucks, 'ayuk', jawab Gus Dur. Udah, pokoknya kalau denger Starbucks, langsung aja dia (Gus Dur) ikut."
Padahal, Bambang melanjutkan, hobi ke Starbuck itu terakhir-terakhir di lakukan Gus Dur saat kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk berjalan. Waktu itu Gus Dur sudah sakit, dan ke mana-mana harus pakai kursi roda.
Lalu apa sih yang dinikmati Gus Dur di Starbuck? Bambang menjawab, "kopi, kadang-kadang sampai nambah dua kali. Gus Dur ya kopi itu lho, di PBNU juga ngopi. Kopi seperti biasanya, seringnya Capuccino."
Gus Dur memang gemar minum kopi. Baru pada terakhir-terakhir, sebelum meninggal, Bambang dan staf pribadi Gus Dur, mengubah kebiasaan meminum kopi cucu pendiri NU Hasyim Asyari itu dengan menyuguhkan minuman lain, misalnya teh poci.
"Tujuannya agar kebiasaannya ngopi Gus Dur berkurang. Kami bikinkan teh poci supaya tidak ngopi." Berapa cangkir Gus Dur ngopi tiap hari? " Ya kalau ukuran cangkir ga banyak sih, tapi ukurannya kan fisik beliau, soalnya ngerokok kan juga endak kan?"
Itulah Gus Dur, kiai, politisi, budayawan, pengamat, humoris, yang tidak membeda-bedakan tempat. Dia menempatkan posisi dengan proporsional.