Penyerangan terjadi pada Ahad (8/6) malam itu terjadi saat ribuan orang menikmati perayaan pelantikan Al-Sisi, meningkatkan kekhawatiran baru tentang komitmen Mesir untuk melawan kekerasan seksual, seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (13/6).
Pihak berwenang menangkap tujuh pria berusia antara 15 tahun dan 49 tahun sebab melakukan pelecehan seksual terhadap wanita di Alun-Alun Tahrir, setelah video unggahan di YouTube itu menyebabkan kehebohan baik dari media lokal dan internasional.
Tidak jelas apakah para lelaki ditangkap itu ambil bagian dalam kekerasan yang ditampilkan dalam video ada di YouTube itu.
"Kedutaan Besar Mesir di Washington DC dan sejumlah pihak berwenang Mesir, dengan arahan Presiden Abdul Fattah al-Sisi, telah meminta pihak Youtube untuk menghapus video kekerasan seksual itu," kata juru bicara Al-Sisi.
"Permintaan ini sebagai tanggapan atas keinginan korban, yang diungkapkannya selama kunjungan Sisi kemarin di rumah sakit untuk mengecek kondisi korban," lanjut juru bicara itu, dalam pernyataan melalui surat elektronik, kemarin malam.
YouTube tidak segera bersedia menanggapi permintaan Mesir. Video klip yang menayangkan insiden kekerasan itu juga masih ada di situs berbagi video itu pada hari ini.
Mesir menyetujui sebuah undang-undang baru pada bulan ini yang akan menghukum pelaku kekerasan seksual dengan setidaknya enam bulan penjara atau denda minimal Rp 4,9 juta. Amerika mendesak Mesir untuk melakukan yang terbaik dalam janjinya untuk memerangi kekerasan seksual.
Serangan seksual merebak dalam aksi demokrasi selama dan setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan presiden veteran Husni Mubarak dan umum terjadi selama satu dekade terakhir dalam pertemuan-pertemuan besar di Mesir.
Sisi, mantan kepala angkatan bersenjata Mesir yang meraih kemenangan telak dalam pemilu bulan lalu setelah menggulingkan presiden terpilih Muhammad Mursi pada Juli tahun lalu, kerap mengatakan pentingnya peran wanita terhadap masyarakat.
"Seorang anggota kepolisian yang menyelamatkan korban kekerasan seksual seharusnya mendapat penghargaan," kata Sisi, dengan referensi jelas kepada wanita dalam video itu.
Namun sejumlah kaum liberalis mewaspadai Sisi, terutama setelah pernyataan yang membela praktik militer, yang kemudian ditolak oleh pengadilan militer, karena menggelar "tes keperawanan" pada para demonstran perempuan yang mengeluhkan pelecehan.