Fenomena itu kemudian membuat seorang pria di Korea Selatan memiliki ide untuk membangun sebuah pusat penanganan stres yang bertemakan penjara. Tempat itu lantas diberi nama Prison Inside Me.
Pusat penanganan stres dengan tema penjara itu dibangun di pinggiran Hongcheon, sekitar 58 km di sebelah timur laut Seoul, Korea Selatan. Gagasan untuk mendirikan Prison Inside Me dicetuskan oleh Kwon Yong-seok.
"Saya tidak tahu caranya berhenti bekerja saat itu. Saya bahkan seperti tidak bisa mengendalikan kehidupan saya," kata Kwon Yong-seok, 47, yang sebelumnya bekerja sebagai pengacara.
Saat itulah dia memutuskan untuk menghabiskan waktunya berdiam di balik jeruji besi.
Dia kemudian bertanya pada kenalan lamanya, yang bekerja sebagai kepala penjara, mengenai keinginannya menghabiskan waktu selama seminggu untuk dikurung di penjara. Meskipun dia sudah mengatakan itu hanya untuk alasan terapi, permintaan aneh itu langsung ditolak oleh temannya.
Penolakan itu membuat Kwon memutuskan untuk menangani masalahnya sendiri dengan mendirikan Prison Inside Me. Pada bulan Juni tahun lalu, dia akhirnya berhasil membangun pusat penanganan stres itu.
Pembangunan Prison Inside Me berlangsung selama satu tahun dengan menelan biaya sekitar 2 miliar won (sekitar Rp 22,4 miliar).
Kwon berhasil menutupi biaya itu melalui pinjaman dan sumbangan yang didapatnya dari teman-teman dan kerabatnya.
Para pengunjung yang telah membayar biaya masuk akan diminta untuk menyerahkan ponsel, buku dan barang lainnya. Mereka juga diminta untuk mengganti pakaian mereka dengan seragam regulasi sebelum check-in.
Penjara bohongan ini memiliki 28 sel isolasi seluas 5 meter persegi yang dilengkapi dengan toilet, wastafel dan sebuah meja kecil.
Makanan para pengunjung akan diberikan melewati sebuah slot yang ada di pintu. Prison Inside Me akan menjadi tempat di mana mereka akan menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bermeditasi dan merenungkan kehidupan.
Tempat ini juga memiliki kelas meditasi pribadi, kelas spiritual, dan sesi penyembuhan melalui drama yang biasa dilakukan berkelompok di auditorium.
Menginap selama dua malam di Prison Inside Me dikenai biaya 150.000 won (sekitar Rp 1,7 juta).
Kwon berharap Prison Inside Me bisa menawarkan kesempatan bagi pengunjung untuk merefleksikan diri mereka sendiri.
"Saya kadang-kadang juga berjalan mundur, sehingga saya bisa melihat jalan baru saya yang jalani. Orang jarang melakukannya dan hanya berpikir tentang jalan ke depan. Saya pikir kita perlu mencoba untuk sesekali melihat ke belakang," kata Kwon kepada The Wall Street Journal.
Program menginap selama dua hari di Prison Inside Me, menurut Kwon, sejujurnya sangatlah pendek. Tetapi, dia tidak bisa memperpanjang program itu untuk waktu yang lebih lama karena banyak pengunjung yang tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka selama berhari-hari.