Dendam dan kekerasan seperti menjadi motif utama film ini, semacam pembacaan kembali atas luka lama yang pernah hadir dalam kehidupan manusia di masa lalu. Tragedi kekuasaan dan perang memang menyimpan kisahnya sendiri. Ia menjadi begitu muram untuk dikenang.
Dan film ini mencoba menghadirkan apa yang di masa lalu dirasa begitu pahit. Era kejaayaan Hitler dan fasisme Nazi Jerman. Banyaknya korban masa itu tentu mengidentifikasi bagaimana kekejaman para pasukan Hitler. Siapa yang tak kenal kesadisan pasukan elite SS misalnya dan siapa yang tak lupa dengan pembantaian manusia dalam tragedi Holocaust. Pada Inglourious Bastards ini lalu dikisahkan tentang hadirnya sepasukan khusus dari Amerika dibawah pimpinan Letnan Aldo Raine (Brad Pitt). Tragisnya pasukan elit ini beranggotakan orang-orang Amerika berketurunan yahudi yang memang dikirim untuk menghabisi tentara-tentara Nazi dengan cara sekejam mungkin. Kedatangan pasukan ini sebagai reaksi dari pembantaian massal terhadap warga yahudi di Eropa.
Sutradara kenamaan Quentin Tarantino mengemas film ini dalam suasana yang penuh kejutaan. Penyutradaannya yang prima dan genius mampu membangun ketegangan dan perubahan-perubahan situasi hingga mencapai puncak yang dramatis secara gradual dan tidak terduga. Melanie Laurent yang berperan sebagai Shosana Dyerfus di film ini juga mampu menunjukkan keleluasaan aktingnya yang menawan. Dan kehebatan lain Quentin sebagai sutradara yang juga sekaligus penulis skenario film ini, ia mampu mengemas berbagai kekerasan dan kekejaman manusia itu dalam bingkai olok-olok komedi. [rsk]
Sumber: KOMPAS
Sumber gambar: http://fusedfilm.com/wp-content/uploads/2009/08/inglourious-basterds-wallpa.jpg