Menurut Hanung, film ini menceritakan perjuangan Sultan Agung memerintah Mataram sesuai dengan cita-citanya, dan upayanya mengatasi rintangan-rintangan serta konflik yang timbul dalam kerajaannya. Film ini juga mengangkat jiwa dan semangat juang Sultan Agung yang tidak mau berkompromi dengan penjajah.
“Sikap beliau yang tanpa kompromi itulah yang saya berusaha hadirkan, dan sampai kini masih saya junjung tinggi,” kata Hanung.
Setelah ayahnya, Panembahan Hanyokrowati, meninggal, Raden Mas Rangsang yang masih remaja menggantikannya dan diberi gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ini adalah sebuah tanggung jawab yang enggak gampang.
Sultan Agung harus menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai berai oleh politik VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen, di bawah panji Mataram. Di sisi lain, ia harus mengorbankan pula cinta sejatinya kepada Lembayung dengan menikahi perempuan ningrat yang bukan pilihannya.
Kemarahan Sultan Agung kepada VOC memuncak ketika ia mengetahui bahwa VOC tidak memenuhi perjanjian dagang dengan Mataram dengan membangun kantor dagang di Batavia. Ia pun mengibarkan Perang Batavia sampai meninggalnya JP Coen dan runtuhnya benteng VOC. Selama perjuangan ini, Sultan Agung juga harus menghadapi berbagai pengkhianatan yang terjadi padanya.
‘Sultan Agung’ adalah film drama kolosal yang mengangkat nilai-nilai perjuangan dan kepemimpinan serta warisan sejarah dan budaya bangsa bagi generasi masa kini. Film ini juga dibintangi Anindya Kusuma Putri (Putri Indonesia 2015 dan Best 15 Miss Universe 2015), Adinia Wirasti, Marthino Lio, dan Putri Marino. Tunggu tanggal mainnya di bioskop pada 23 Agustus mendatang.