Serial Cowboy Bebop dibintangi oleh John Cho, Mustafa Shakir, dan Daniella Pineda. Mereka membentuk kru yang suka berkelahi dan pemarah yang siap memburu penjahat paling berbahaya di tata surya dengan harga yang tepat.
Baca Juga: 5 Serial di Netflix yang Penuh Teka-teki
Proyek ini adalah upaya terbaru untuk menemukan kembali anime Jepang sebagai live-action . Sebelumnya banyak upaya gagal dalam mengubah anime ke live-action seperti Dragonball Evolution, Ghost in the Shell dan Death Note.
Tapi lagi-lagi gagal! Proyek Cowboy Bebop dihentikan setelah satu musim.
1. Estetika
Dalam eksekusi, dianggap live-action itu menyimpang secara drastis terutama dari gaya, tempo, dan nada. Sulit bagi para penggemar merasakan denyut nadi dari karya yang mengilhami adaptasi ini.
Netflix mengambil Cowboy Bebop dan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk menciptakan sesuatu yang jelas berbeda dari materi sumbernya.
Cowboy Bebop gagal meyakinkan bahwa itu dalam kondisi dystopian. Dalam anime, lo mendapatkan estetika yang berbeda, tetapi semuanya dipercaya merupakan bagian dari era dan tata surya yang sama.
2. Karakter
Jet dalam anime terlihat beruban, lelah dengan dunia, mengendalikan, dan mencoba hidup dengan kode moralnya. Sementara, Jet live-action juga beruban, tetapi dia terlihat terlalu muda dan tak terlalu lelah dengan dunia.
Mungkin dia punya moral tetapi ia bersama Spike menertawakan karena betapa lucunya ketika mereka membunuh seorang pria yang tidak ingin mati.
Faye merupakan sosok menjengkelkan, egois, dan kesepian. Sedangkan Faye live-action, meskipun sisi femme fatale dari karakternya sebagian besar hilang, ia seperti baru terbangun dari amnesia.
Dalam anime, Spike itu dikisahkan sebagai sosok keren, mandiri, menawan, dan misterius. Spike di live-action menyebalkan, terlihat bosan hampir sepanjang waktu.
